Blog

Wednesday, November 21, 2012

Semoga Hidupmu Bahagia...

Today's is suami's birthday...

First of all, disini saya mau sharing cerita ironis ulang tahun suami beberapa tahun lalu. Tahun 2007 tepatnya. Belum genap setahun pernikahan kami. Ulang tahun pertama suami ketika ia resmi jadi kepala keluarga. Buat saya pribadi, itu ujian awal dalam pernikahan kami. 
H-1 ulang tahun suami, beberapa sahabat suami sudah antusias menanyakan surprise apa yang bakal saya siapkan untuk suami. Jangankan mau berpikir surprise macam apa buat ultah suami, pikiran saya sudah kacau balau seharian. Waktu itu saya sudah mengalami spotting yang hebat. Dokter sudah menyarankan saya istirahat. Bukannya bisa istirahat tapi saya mengalami ketakutan luar biasa karena dari hasil USG dinyatakan janin saya tidak berkembang. Yang terlihat hanya kantong - entah apa di mata awam saya. Normalnya pada usia itu, janin sudah bisa memperlihatkan detak jantungnya. Iyaa...waktu itu saya sudah dinyatakan hamil. Kehamilan pertama saya. Seharusnya usianya sudah masuk ke kisaran bulan ke-2.

Malamnya saya didera sakit perut yang luar biasa. Waktu itu suami harus ngurusin kerjaannya sampai malam. Tapi saya ingat sekali dia membangunkan saya ketika datang dan membawakan susu dan roti untuk oleh-oleh saya. Saya sudah mulai lemas waktu itu. Sekitar dini hari, sakitnya berputar-putar dari punggung sampai ke pinggang. Perut saya sudah seperti diremas-remas. Suami saya bangunkan. Saya menangis sambil bergulung kesana kemari. Gak kuat, saya remas tangan suami sekuat saya. Drama itu berlangsung sampai kurang lebih 1 jam. Menjelang subuh, saya merasa ingin ke belakang. Saya yang sudah lemas minta ditemani suami. Akhirnya saya bisa mengeluarkan hajat dan badan saya terasa lebih ringan. Tapi spotting tidak berhenti. Setidaknya rasa sakit yang mereda membuat saya bisa istirahat sampai subuh. Setelah subuh, saya baru memberanikan diri memberi kabar ke ibu kalau saya sedang mengalami spotting. Sebenarnya suamih sudah minta saya untuk telepon ibu sejak awal saya spotting. Tapi saya ngerasa tidak enak harus merepotkan orang tua.

Dan yaa.... hari itu hari ulang tahun suami.
Ulang tahun pertamanya bersama saya. 
No birthday wishes either greeting in the morning

Ketika sudah mulai terang, suami ke RS untuk bikin janji dengan DSOg. Ternyata DSOg nya baru bisa siaga siang hari. Kebetulan ibu sudah nyampai di rumah. Saya kuat-kuatkan untuk gak nangis di depan ibu. Siang ditemani ibu dan suamih kami ke RS. Dan ini puncak surprisenya... Dengan entengnya dokter tersebut bilang bahwa rahim saya sudah kosong. Tidak ada isi apa-apa. Tinggal darah yang harus dikuret untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di masa depan. Saya cuma nangis waktu itu. Ini hadiah ultah pertama suamih dari istrinya...kehilangan anak pertamanya. Dan dia masih tersenyum untuk saya, waktu itu...
Hari yang melelahkan masih berlanjut. Suamih memutuskan agar saya pulang bersama ibu. Dia mengantarkan kami. Perjalanan surabaya-jember non stop selama 4 jam. Selama perjalanan itu, seperti tidak terjadi satu apapun. Dia masih bisa ketawa-ketawa dan bercanda. Saya jadi sedikit terhibur. Diam-diam kadang saya menangis selama perjalanan, teringat bahwa kami sedang mengalami musibah. Malam ketika sampai di Jember, saya baru bisa benar-benar mengucapkan selamat ulang tahun. Gak ada yang romantis. Gak ada kado. Badan terasa loyo. Yang ada hanya kejutan bahwa kami harus menelan kenyataan yang tidak manis, kehilangan buah cinta pertama kami. 
Yaa...tahun demi tahun kami lalui. Harapan punya momongan terus ada. Beberapa saran dan rekomendasi telah kami jalani. Saya sempat mengalami naik turun emosi. Bahkan sampai saya khawatir hilang iman gara-gara masa penantian yang panjang itu. Alhamdulillah, selalu ada suami yang mau memegang erat tangan saya, selalu tersenyum kepada saya, dan mengatakan kalau kehidupan rumah tangga kami baik-baik saja. 
"Suatu hari nanti....yaa...kita pasti punya anak". Selalu ia katakan dengan yakin. 
Dia yang mendorong saya untuk belajar ilmunya. Belajar ilmu menerima dan menghadapi ujian hidup. Belajar kalau selama hidup. tugas kita hanya ikhtiar saja, mau berhasil atau tidak bukan kuasa kita. Bukan saja mendorong, dengan nyata ia memberikan contoh kepada saya. 5 tahun ini tak pernah ia mengeluhkan kekurangan dalam kehidupan rumah tangga kami. Ia yang selalu mengajak saya mensyukuri nikmat-nikmat yang setiap hari selalu ada. Ia mampu membuat saya melihat nikmat-nikmat yang semula terasa remeh menjadi nikmat yang memacu kami terus bersyukur dan memperbaiki diri.
Yaa...dan sekarang adalah ulang tahun ke 6 suamih bersama saya. Semoga penantian dan kesabarannya terbayarkan di hari ini (dan di masa mendatang). "Kudoakan hidupmu bahagia selalu", begitu yang biasa diucapkan suamih kalau ia merasa ada kebaikan yang saya lakukan untuknya. Entah ketika saya memasakkan makanan gosong ber rasa awut-awutan. mencucikan bajunya, membantu pekerjaannya, atau sekedar mencarikan kacamatanya. 
Begitu juga doa saya di hari ini (dan seluruh hariku) untuk suamiku....

 "Kudoakan hidupmu bahagia selalu, dunia dan akhirat.
Selamat mengulang hari lahir. 
Terima kasih untuk senyum dan genggaman tangan di saat-saat senang ataupun duka
BiidzniLlah kita akan selalu bersama"

2 comments:

  1. Mba Nietaaa,,, it's beautifully written,,, :')
    Selamat ultah buat Yuswono, semoga mba Nieta & Yus senantiasa dilindungi Allah SWT dan selalu dalam limpahan rahmat-Nya, amin ya robbal alamin,,,

    ReplyDelete