Blog

Monday, December 31, 2012

Sang Wanita Pemberani

Entah kenapa, di penghujung tahun ini, di tengah hingar bingar kembang api dan petasan di kota kecil ini, saya kok tiba-tiba teringat kisah Sayidah Asma' binti Abi Bakar (dan kemudian jadi pengen menulisnya). Tiba-tiba kok saya kepikiran dengan berbagai "kemalasan" dan "kemanjaan" saya yang mengatasnamakan kondisi berbadan dua. Mungkin ini cara Allah yang "ajaib" dengan tiba-tiba menimbulkan insight dalam diri saya, agar saya sejenak berkaca kepada tokoh wanita mulia, sahabat wanita Rasulullah ini. 

Saturday, December 22, 2012

3 Ibuku

22 Desember - di negeri ini diperingati sebagai hari ibu. Tulisan ini hanya sebentuk kecil penghormatan bagi 3 orang wanita yang kini menjadi ibuku. 

Ibu Jasadku
Beliau adalah ibu pertamaku. Ibu yang melahirkanku yang pernah berbagi hidup denganku. Beliau adalah ibu yang pertama kukenal. Dari beliau berbagai pelajaran hidup pertama kudapat. Belajar minum, makan, berjalan... Secara fisik, aku banyak mewarisi penampakan beliau. Suamiku selalu berkata, makin tua wajahku makin mirip Ibu.
Beliau adalah orang hebat. Tak dapat dipungkiri. Beliau adalah sosok wanita yang pemberani, kadang cenderung nekad. Jika memiliki keinginan kuat, beliau begitu gigih mencapainya. Untuk urusan kegiatan kewanitaan, beliau adalah jagonya. Beliau pintar berhias, memasak, menjahit, dan menguasai berbagai ketrampilan halus lainnya. Ini yang tidak kuwarisi seutuhnya.
Namun yang pasti beliau benar-benar menyayangi anak-anaknya dalam kelembutan. Seumur hidupku, tidak pernah sedikitpun beliau menyakiti kami secara fisik seperti memukul, menjewer, atau sekedar menyentil. Seumur saya hidup, beliau juga tidak pernah berkata kasar kepada kami. Betul, beliau adalah sosok yang bawel. Beliau selalu bilang, "Kalau saja mulut ini bukan bikininan Allah, mungkin udah rusak gara-gara gak pernah berhenti mengingatkan kamu ini dan itu" :) :) Kalau saja beliau marah kepada kelakuan kami, anak-anaknya, beliau tidak pernah mengumpat. Yang sering terdengar malah doa. "Duh, naakk... takdoakan nanti hidupmu enak, jadi gak susah-susah banyak kerja", misal setelah serentetan nasihat panjang kalau kami malas disuruh ini itu. Banyak orang yang kagum dengan kesabaran beliau dalam hal itu. 
Beliau mendorongku untuk selalu maju. Tapi beliau tidak pernah menuntutku banyak. Pernah waktu aku masih duduk di bangku sekolah dan sedikit ketakutan karena nilai rapotku yang memburuk. Aku sempat bertanya apakah beliau marah dan kecewa padaku?! Beliau berkata, "Buat apa marah, lhaa..jelas-jelas kamu lebih sedih dari ibu karena nilainya sudah turun. Dimarahi cuman bikin kamu tambah sedih. Yang penting besok-besok diusahakan lebih baik lagi". Beliau juga jarang mencegahku untuk meraih impianku -yang mungkin tidak biasa. Memilih jadi guru TK, ketika teman-temanku berbondong-bondong mencari pekerjaan dengan tunjangan kesejahteraan yang mewah. Memilih untuk lebih banyak tinggal di rumah, bertekad mengkhidmahkan diri untuk keluarga, daripada bekerja di luar rumah, walaupun punya bekal segepok ijazah untuk beraktualisasi di luar rumah. 
Ada kalanya, beliau adalah teman saling berbagi kesah. Baik kesahku atau kesah beliau sendiri. Mungkin karena aku pernah menjadi satu-satunya teman wanita di rumah. Bapakku laki-laki dan adikku juga laki-laki. 

Ibu Suamiku
Ini adalah ibu keduaku. Beliau adalah mertuaku. Usianya jauh di atas ibu kandungku. Dari rahim beliau, putra kelimanya, aku bersedia menyerahkan hidupku. Dari didikan dan cinta beliau, lelaki yang kemudian menjadi suamiku bisa membimbing dan mencintaiku. 
Secara pribadi, banyak perbedaan antara beliau dan ibu kandungku. Beliau adalah sosok yang sederhana. Sederhana dalam cara berpikir, dalam gaya hidup, dalam berpenampilan. Suamiku selalu bilang, itu resep handal beliau yang membuatnya senantiasa sehat di usia senja. Tidak banyak mikir yang aneh-aneh.
Hidup sederhananya ini sejalan dengan pilihannya untuk senantiasa hidup sehat. Beliau membatasi diri untuk menyantap hidangan nikmat yang kurang sehat. Minum dan makan secukupnya. Olahraga ringan yang dipilih juga yang sederhana, semacam jalan kaki atau menyapu halaman rumah yang cukup lebar. :)
Aku cukup beruntung menjadi menantunya. Cara berpikir beliau yang sederhana juga menjadikan beliau tidak menuntut banyak padaku. Alhamdulillah, tidak pernah kurasakan konflik mertua-menantu perempuan yang banyak kudengar dari cerita-cerita. Malahan, aku cukup merasa nyaman menemani beliau. Jika ada hal yang kurang berkenan dariku, biasanya beliau menyampaikan kepada suami. Sepertinya karena tidak mau menyinggung perasaan menantunya. Bisa jadi juga, karena suami termasuk putra yang berbakti kepada beliau. Perlakuan baik beliau, bisa jadi buah ridho beliau pada putranya.


Ibu Ruhku

Ini adalah ibu termudaku. Usianya tidak terpaut jauh dariku. Saat ini, secara fisik, beliau yang berada paling dekat denganku. Ibu kandung dan mertuaku nun jauh di sana. Aku baru mengenal beliau beberapa tahun belakangan ini. Beliau lahir dari nasab mulia, dibesarkan di lingkungan yang mulia, bergaul dengan kalangan yang mulia dan memiliki kecintaan kepada ilmu yang mulia. Yaaa...cintanya kepada ilmu, membuat aku jatuh cinta kepada beliau. Di kala aku ingin menjadi seorang yang tak pernah berhenti belajar, aku bertemu dengan beliau. Sisa hidupnya diisi dengan belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar ilmu yang mulia, ilmu agama, the manual of life. Beberapa tahun lalu aku menemukan prinsip hidup "longlife learning" (yang kemudian menjadi impianku) dan tak seberapa lama aku bertemu dengan beliau. Benar-benar kulihat dengan mata kepalaku sendiri, seseorang yang mengamalkan prinsip tersebut dalam hidupnya. Hayatuha li ta'allum wa ta'lim - hidup beliau untuk belajar dan mengajar. Sholuu 'alaa nabiy... Beliau adalah sosok yang cerdas-tak diragukan lagi. Siapapun yang pernah bersentuhan dengan beliau, di masa lalu atau sekarang- selalu berpendapat seperti itu. Tapi kecerdasan semacam itu banyak yang punya. Yang paling membuatku kagum adalah rasa nikmat yang beliau reguk ketika berhadapan dengan ilmu. Tak bisa kulupa bagaimana beliau begitu takzdim dan giat ketika berada di tengah majelis ilmu. Sering kurasakan gairah yang membara ketika beliau mengajarkan inti-inti ilmu pada kami. Tak jarang itu dilakukan sambil mengasuh anak-anaknya. Tak jarang beliau belajar menyimak kitab, mengulang pelajaran sambil menyusui bayinya. Tak jarang juga, beliau mengajar sambil memangku putranya yang sedang tak mau lepas dari beliau. Yang membuat aku merasa beruntung adalah ijin beliau bagiku untuk menimba ilmu dari beliau. Di kala usia tidak lagi muda. Tak jarang semangatku turun naik, dan beliau dengan caranya selalu bisa menarik hatiku untuk kembali belajar. Ilmu-ilmu beliau banyak memenuhi ruhku saat ini. Semoga tidak akan pernah tercabut suatu saat nanti.   


Itulah 3 orang ibuku. Ibu Jasadku, Ibu Suamiku dan Ibu Ruhku. Ketiganya adalah ibu-ibu hebat, dengan kehebatan yang berbeda-beda. Tapi ada 1 kesamaan dari mereka. Aku mengenal mereka sebagai ibu yang menyayangi keluarganya. Mengabdikan hidup untuk keluarga, anak dan suaminya. Kehebatan mereka tidak membuat mereka berpaling untuk enggan taat kepada kepala keluarga. Dan....itu yang membuat mereka semakin tampak hebat, di mataku. Aku belajar banyak dari mereka.

Segenap rasa hormat dan cinta kutuangkan dalam tulisan ini. Tak mungkin aku bisa membalas cinta dan jasa baik mereka, 3 orang ibuku. Hanya sebentuk doa yang teriring, semoga ketiga ibuku ini senantiasa dalam dekapan kasih Allah. Mohon doanya juga... 

Selamat hari ibu juga, untuk semua ibu hebat di Indonesia :)

Thursday, December 20, 2012

Hidup Ini Lucu Yaa... (Wulan's Note)


Ini tulisan salah satu "ibu pintar" buat saya (dan suami) sebagai kado ultah pernikahan kami. Tulisan yang sesekali saya tengok, yang sering jadi penghibur, yang suka bikin saya senyum-senyum :). It was almost 6 years ago gitu lohh....  
Honestly, akhir-akhir ini saya jadi sering ngintip tulisan ini. Entah karena efek mellow lagi hamil atau apa. Yang jelas saya pengen simpan link-nya di blog ini untuk jadi pengingat, kalau "si ibu pintar ini" pernah nulisin cerita dimana saya jadi tokoh utamanya. :) :)
Linknya:  Hidup Ini Lucu... . Gak tau deh, kalo FB beliau ini diprotect untuk kalangan terbatas aja.   

Friday, December 7, 2012

Jatuh Cinta di Pagi Hari

Pernah jatuh cinta...???
Sejuta rasanya...??? Bikin mabuk kepayang, galau, senyam-senyum sendiri, gemes, kangen, mellow....???
Yaa... pagi ini saya (tiba-tiba) jatuh cinta (lagi)
Hanya karena sebab kecil ini

Yang jelas jatuh cinta yang seperti ini dijamin tidak bakal bikin galau
Yang jelas jatuh cinta yang seperti ini jadi vitamin, penyemangat hari
Yang jelas jatuh cinta yang seperti ini jadi alasan untuk senantiasa mensyukuri
Yang jelas jatuh cinta yang seperti ini punya balasan besar di sisi Robbi

PS: Suamiku, doakan kekasih hatinya yaaa... semoga layak selalu dikasihi dan disayangi. Dalam ketaatan pada Penciptanya...  Dalam ridhomu ada ridho Illahi. Allahu yubaariklana.:)