Blog

Saturday, February 2, 2013

Ngomongin Cita-cita

Waktu kecil pasti pernah ditanyain, "Cita-citamu apa, nak??". Di jaman saya masih kecil dulu, jawaban terpopuler untuk pertanyaan ini adalah Dokter. Believe it or not, sepanjang ingatan saya, gak pernah sedikitpun terbersit untuk menjadikan "dokter" sebagai cita-cita ideal saya. 

Pertanyaan (dan pernyataan) tentang cita-cita itu lazim saya tulis di buku kenang-kenangan. Jadi jaman masih eS-De (dan sampai eS-eM-Pe) ada kebiasaan kita bikin buku kenang-kenangan. Biasanya kita beli diary-diary dengan kertas yang warna-warni. Buku itu kemudian digilirkan dari satu anak ke anak yang lain. Kita bisa nulis biodata kita, makanan favorit, minuman favorit, kata mutiara, dan lain-lain. Cita-cita adalah salah satu opsi pernyataan yang juga lazim ditulis tiap anak. Yuppp... back to the topic, jadi ceritanya, jaman eS-De dulu saya suka banget nulis cita-cita saya jadi Insinyur Pertanian. Gak tau juga itu inspirasi dari mana. Pasalnya saya tuh tidak dibesarkan di lingkungan yang sadar dengan pertanian. Bahkan sampai sekarang tidak termasuk juga penyayang tanam-menanam. Yasud... namanya juga anak eS-De.


Cita-cita dan khayalan saya semakin berkembang di waktu eS-eM-Pe. Kayaknya setiap ngisi buku kenang-kenangan itu, khayalan saya makin beragam. Yang paling keliatan spektakuler saya pernah nulis cita-cita saya jadi Duta Besar. Yang paling bikin ngikik kalo ingat, pernah juga nulis cita-cita saya jadi Penyiar Tivi. :) :) Alhamdulillah sih, dari beraneka ragam cita-cita itu ada beberapa yang benar-benar kesampaian. Setidaknya ada 2 yang saya ingat benar-benar tercapai. Jadi Guru TK dan ps**ol*g. Keduanya benar-benar pernah saya tulis sebagai impian saya pas masa remaja.

Soal Guru TK itu hampir aja saya lupa kalau gak diingetin salah satu teman eS-eM-Pe saya. Sambil lalu dia bilang, ingat banget kalau saya pernah nulis/bilang pengen banget jadi guru TK. Sedangkan pernyataan tentang cita-cita yang kedua itu saya inget banget nulisnya. Saya tulis di buku kenang-kenangan saya sendiri. Bahkan cara saya nulis pun masih bisa tervisualisasikan dengan jelas. Itu termasuk salah satu cita-cita yang saya tetap-i dalam waktu lama. Waktu saya memilih jurusan untuk kuliah, ibu saya sempet ngingetin kalau saya pernah punya cita-cita itu. Yaaa...kemudian mendorong saya untuk memilih belajar ilmu tersebut dan kemudian jatuh cinta padanya. :) 

Di jaman eS-eM-A, saya juga punya beberapa cita-cita. Tapi bisa dibilang makin realistis dan penuh pertimbangan. Masa itu, mikirin cita-cita lebih serius bahkan bikin saya sering nongkrong di kantor BK dan sharing dengan guru-guru di sana. Waktu udah kuliah (bahkan kerja dan berumah tangga) saya pun masih punya segudang cita-cita. Bisa dibilang cita-citanya semakin mengkerucut. Bukan hanya sekedar cita-cita yang berujung pada status profesi. Lebih ke arah cita-cita sebagai aktualisasi diri. #tsaaahhh, bahasanya. Semoga masih terbuka jalan dan semangat mengejarnya. Yang paling penting, saya sih berharap cita-cita itu bisa bawa manfaat buat orang-orang sekitar saya. 

posting ini diinspirasi momen beberapa minggu ini dimana suamih tiba-tiba mengingatkan saya pada sebuah cita-cita dan mendorong saya dengan sepenuh hati untuk mengejarnya. he said that it is my passion and i said it was. gak dipungkiri sebagian kecil hati saya tergoda juga, tapi jujur, saya takut sendiri sama cita-cita itu. cita-cita yang sudah lama saya tinggalkan karena ada hal yang (menurut saya) lebih besar yang ingin saya perjuangkan. but...let's see lah ke depannya gimana... wish for the best lah.. cmunggguddddh!!!!

0 comments:

Post a Comment